Minggu, 30 November 2008

Lomonesia

Lomonesia, Yang Penting Fun.



Lomografi merupakan sebutan bagi karya-karya foto yang dihasilkan dari kamera Lomo buatan St. Petersburg, Rusia. Kamera Lomo pertama kali dibuat pada awal tahun 80-an dengan tipe Kompakt Automat. Setelah sempat tenggelam selama 10 tahun, dua orang mahasiswa asal Austria, Matthias Fiegl dan Wolfgang Stranzinger, menghidupkan kembali Lomo secara tidak sengaja pada awal tahun 90-an. Mereka terkejut dengan foto-foto yang dihasilkan oleh kamera tersebut yang cenderung tidak fokus, tapi justru di situlah letak keindahan dan kesenangan menggunakan kamera Lomo. Mereka pun mendirikan The Lomographic Society, klub pecinta Lomo, yaitu sebuah komunitas untuk berbagi pengalaman pengguna kamera Lomo. Sampai saat, sudah terdapat lebih dari 500.000 anggota yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, komunitas ini masih tergolong baru. Komunitas yang memiliki nama Lomonesia ini resmi berdiri sejak Agustus 2003. Markasnya terletak di Jl. Kemang Timur IV No 9, Kemang - Jakarta Selatan. Komunitas Kemang ini merupakan embassy Lomo untuk Indonesia yang membawahi beberapa komunitas lain di daerah seperti Bandung, Jogja, dan Bali. Selain menyediakan penjualan kamera Lomo, komunitas Lomonesia sering juga mengadakan gathering dan hunting bersama. Tidak ada syarat tertentu untuk bisa ikut komunitas Lomonesia. Berikut adalah petikan wawancara pasarinfo.com dengan dua orang pendiri Lomonesia, Teguh Haryo dan Tommy Hartanto.

Sejarah berdirinya Lomonesia?

Awalnya saya berdua dengan teman satu kantor memiliki kamera Lomo. Lama-lama bosan juga karena cuma berdua saja. Akhirnya kita membuat milis, Lomonesia (Lomo Indonesia), karena di negara lain seperti Malaysia dan Singapura komunitas Lomo sudah ada lebih dulu. Dari sana kita menemukan beberapa orang lagi yang tertarik dengan Lomo. Lalu kita membuat embassy Lomo pada tahun 2004. Resmi berdiri sejak Agustus 2004.

Anggota milis aktif sekitar 700 orang, meski jumlah seluruhnya lebih dari seribu orang. Komunitas ini hanya untuk iseng-iseng, kumpul-kumpul, dan bersenang-senang saja. Kalau kita mengadakan gathering, seriap anggota membawa makanan sendiri-sendiri (potluck). Anggotanya sendiri juga berganti-ganti. Ada yang tetap, ada yang baru, dan ada yang tidak aktif lagi.

Di beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan Bali, kita memiliki pengurus. Bulan depan Medan akan bergabung. Mereka memegang komunitas Lomo di daerah, tetapi tetap dibawah Lomonesia.

Lomonesia juga sudah terdaftar di Lomography.com. Kamera juga dikirim secara resmi dari pusat Asia, yaitu Hongkong. Kalau ada acara seperti pameran, Lomonesia harus report ke pusat. Di setiap negara pun acaranya sama seperti di sini, kumpul-kumpul.

Jadi sebenarnya, intinya Lomo adalah tempat untuk berkumpul. Kamera cuma sebagai media saja. Jiwa Lomo itu bebas, memfoto dengan fun. Berbeda dengan kamera biasa seperti SLR yang membutuhkan teknik-teknik tertentu, kalau Lomo tekniknya itu bebas. Yang penting fun-nya dulu, tidak perduli hasilnya apa. Hasilnya itu sangat subyektif. Apa pun hasilnya, itulah Lomo. Orang tertarik ikut Lomo karena tidak ada keterbatasan. Boleh eksperimen apapun dengan kamera yang bisa dibilang sangat main-main.

Selain untuk fun, apakah Lomo dipakai juga dalam industri seperti advertising?

Di Indonesia masih sedikit. Kalau di luar negeri sudah banyak yang melakukan karena klien-kliennya lebih berani. Kalau di Indonesia kan klien-kliennya kebanyakan maunya gambar tajam, produknya harus kelihatan jelas. Sementara hasil jepretan Lomo tidak bisa diprediksi. Hasil Lomo itu bukanlah hasil fotografi, melainkan art dengan media kamera. Beberapa mungkin memakai, tetapi sangat tergantung dari kliennya dan pengunaannya untuk apa. Di Indonesia masih minim, orang yang tahu Lomo juga tidak sebanyak orang yang tahu tentang fotografi.

Ada berapa jenis kamera Lomo?

Sampai sekarang sudah ada 13 jenis. Setiap kamera itu beda-beda hasilnya dan punya karakter sendiri-sendiri. Sekarang sedang launching kamera baru Lomo, kamera tahun 60-an yang diproduksi kembali. Setiap orang menggunakan jenis yang berbeda-beda, tergantung kesukaannya yang mana. Yang paling banyak digunakan untuk sekarang adalah tipe Holga.

Ada tipe digitalnya?

Tidak mungkin digital. Lomo akan selalu menggunakan film.

Selain gathering, acara apa saja yang sering diadakan oleh Lomonesia?

Sering mengadakan hunting foto. Untuk tahun 2008, kita membuat suatu konsep baru, yaitu Lomo Giggs. Kita mengadakan pameran foto di club atau cafe yang berkolaborasi dengan DJ (disk jockey) dan VJ (visual jockey). Nanti foto-foto hasil kamera Lomo akan dipresentasikan secara visual dengan kolaborasi musik dance. Untuk Lomonesia, konsep tersebut masih baru. Tetapi sebenernya sudah ada sejak tahun 90-an di Vienna. Foto yang dipresentasikan itu akan disinkronisasi dengan tempo musik.

Konsep apalagi yang baru?

Kita juga sedang launching online magazine yang bisa didapatkan melalui milis atau website Lomonesia.com. Formatnya PDF. Alasan kenapa kita tidak membuat versi cetaknya adalah karena kita terbentur masalah biaya. Kita menggunakan cara-cara kreatif seperti itu. Kalau ada yang mau, boleh pasang iklan di Sneak Peak. Karena kita bukan komersial, biayanya juga tidak mahal.

Syarat untuk ikut Lomonesia?

Lomonesia sangat terbuka untuk umum. Siapa saja yang punya kamera, tidak punya kamera, yang berminat, dan yang tidak berminat pun boleh ikut.

Tidak ada komentar: